Oleh: Salma Damay (Mahasiswa PGMI Semester 5)
Tidak dapat dipungkiri, menjadi mahasiswa itu selalu dibanjiri tugas, dan siklus dunia perkuliahan memang seperti itu. Namun, apakah kamu termasuk mahasiswa yang selalu menunda untuk mengerjakan tugas kuliah? Atau menyelesaikan tugas h-1? Bahkan di hari pengumpulan tugas? Jika benar, maka kamu termasuk pelaku prokrastinasi atau disebut dengan prokrastinator.
Prokrastinasi ialah istilah untuk mereka yang suka menunda-nunda tugas atau pekerjaan. Alasannya beragam, di antaranya:
– perfeksionis, menunda penyelesaian tugas dengan alasan “harus menghasilkan yang terbaik” karena khawatir akan mengecewakan diri sendiri atau orang lain juga takut revisi bolak-balik, sehingga ia ini memilih untuk menunda tugas.
– Nekat, berasumsi atau berharap tekanan yang dirasakan “menjelang deadline” akan otomatis mendorong diri untuk menyelesaikan tugas tanpa ia ketahui apa yang akan terjadi, menolak menghadapi ribetnya realita terlalu cepat atau lama, pada akhirnya “kualitas” sering menjadi korban.
– Menghayal, terlalu banyak berandai-andai dengan seringnya membuat rencana yang ambisius dan besar tetapi eksekusinya nol, sama sekali tidak ada, atau mogok, terlalu santai karena tidak pernah menghadapi kenyataan.
– Takut, karena takut membuat kesalahan sehingga mendorongnya untuk menunda tugas atau pekerjaan, akhirnya mungkin tidak banyak membuat kesalahan, tapi tidak banyak menghasilkan atau berprestasi juga.
– Salah Prioritas, antara membedakan kebutuhan dari keinginan, cenderung menyelesaikan tugas yang “buang waktu” dibanding tugas “yang perlu”.
Memang, selain alasan di atas salah satu faktor pendorongnya ialah malas. Apalagi perkuliahan sekarang dilakukan daring atau online yang menuntut mahasiswa untuk selalu bersahabat dengan gadget. Hal ini membuat prokrastinator semakin malas dan semakin ingin menunda tugas. Bertatap muka setiap waktu dengan gadget membuat beberapa mahasiswa yang bersifat FOMO (fear of missing out) orang yang mempunyai perasaan cemas ketinggalan informasi dan tren terkini melakukan hal-hal yang tidak perlu saat bermain dengan gadgetnya, seperti scroll-scroll yang tidak perlu di Instagram, Whatsapp, Facebook, dan yang lainnya, bermain tiktok, update ini update itu, sehingga memakan waktu yang lama, timbul lah malas dan lupa terhadap tugas atau pekerjaan yang harus dikerjakan.
Buruknya signal, sibuknya acara di sekitar rumah, dan beberapa alasan lainnya yang selalu dilontarkan mahasiswa kepada dosen saat tugasnya telat dikumpulkan atau tidak dikerjakan. Banyak yang mengira prokrastinasi adalah masalah pengaturan waktu. Padahal prokrastinasi adalah aksi menghindar dan salah satu bentuk manejemen emosi yang tidak efektif, terutama emosi cemas.
Prokrastinator ini lebih memilih menghindari tugas atau pekerjaan, tipe orang yang fleksibel dan senang mengambil jalan pintas, cenderung imfulsif dalam bertindak, daya konsentrasi dan kemampuan mengatur sesuatu itu rendah, sehingga sering dikomentari “malas” atau “lelet”
Meskipun seseorang mampu memaksakan tenggat waktu untuk mengatasi penundaan, namun jika dikerjakan di jauh hari akan membuat kualitas menjadi baik. Dan orang yang menetapkan tenggat waktu sendiri tidak dapat mengerjakan tugas secara optimal, mengapa? Karena ia mengerjakan terburu-buru sehingga tak sedikit dari mereka yang melakukan revisi tugas. Sebagian orang mengikat dirinya dengan mengatasi penundaan dalam pengerjaan tugas dan menetapkan batas waktu yang mereka tentukan, hal ini dirasa optimal dalam pengerjaan tugas. Sebelum terlalu jauh, sebelum terlalu numpuk, kerjakan satu persatu jika lelah berhenti dulu, jangan menunda dan membuat mubadzir waktumu.